Minggu, 02 Agustus 2009

Indahnya masa kecilku

Kulitku masih basah
karena uap air laut yang tersisa
ya...sore hari di pinggir pantai, anginnya membawa uap air yang lengket
Belum ada yang berubah dengan pantai ini...
Sore hari masih saja dengan sunsetnya...yang meneduhkan jiwa.
Bagi orang-orang yang sedang gelisah, saya pikir perlu untuk kepinggiran pantai,
dan membiarkan semua sedih dan galaunya terbawa oleh riak ombak yang menjauh...
Kalau tidak percaya, coba saja datang ke sini, tempat kelahiranku...
dipantai ini dulu aku menghabiskan masa kecilku,:"kejar-kejaran, dus-dusan (berenang), sampai mengejar kapal nelayan yang mulai merapat atau mau berlayar...semuanya seru..apalagi pada saat dapat lemparan ikan dari para nelayan, hmmhmm ikan yang segar langsung dibakar dan di makan rame-rame dipinggir pantai.
Mungkin sekarang agak berubah, karena teman-teman sepermainanku dulu sudah pada jadi ibu sekarang, mereka sudah pada berkeluarga.
Aku sendiri tidak menyangka, bahwa nasib menuliskanku berbeda.
Biasanya anak-anak di kampung, Usia SMP sudah dijodohkan/bertunangan, nanti klo sudah lulus SMP baru nikah. Tapi aku tidak demikian, bahkan dari saudaraku saja aku berbeda.
Aku patut bersyukur aku sempat sekolah di SMA Favorit di Kota ku, Kemudian sempat kuliah sampai akhirnya lulus. Tentu saja itu semua anugerah, aku punya banyak teman, saudara,perjuangan, pegalaman dan keahlian yang tidak mungkin aku dapatkan jika aku tidak kuliah. Meskipun sampai sekarang ada satu rasa yang mengganjal hatiku...yakni: Kapan aku bisa memberi kontribusi lewat ilmu yang sudah aku pelajri semasa kuliah dulu, dengan waktu, tenaga dana dan jerih payah aku dan kedua orangtuaku.
Apapun nantinya aku berharap..aku akan memperoleh kenyamanan dalam pengabdianku.
Dan semoga pengabdianku itu bisa membuatku menjadi hamba yang bersyukur dan semakin mencintai Rabb-ku.

Apakah aku seperti landak?

Di sini saya sering sekali ketemu dengan orang gila, setiap perjalanan menuju ke kota, baik ketika berangkat liqo, syuro atau untuk belanja.
Anehnya orang gilanya lebih dari satu dan itu semuanya laki2/kebanyakan laki2....sepanjang perjalanan berangkat ataupun pulang nya. Apa coba kesimpulannya?
Apa laki2 beban hidupnya lebih besar?atau dia tidak lebih kuat daripada wanita?...terus terang akhir-akhir ini karena kurang kerjaan saya jadi sering berfikir...yang menurut ibuku gak penting, seperti pertanyaanku pada ibuku: Kenapa tetanggagu dari dulu sampai sekarang selalu miskin terus, dari mulai aku belum lahir hidupnya selalu menderita, sampai sekarang diusianya yang renta, suami dan anak2nya tidak mau merawatnya, padahal dia orang yang baik, suka berderma ditengah keterbatasannya.
Atau akhir-akhir ini aku lebih suka naik mobil engkel yang jelek, hanya karena kasihanpd bapak sopir dan kerneknya, gak ada yang mau naik, nanti bapaknya gak dapat uang, ibuku sering protes dan mengingatkan aku, bahwa setiap manusia itu ada jatahnya sendiri-sendiri. Entah kenapa dari dulu, aku memang selalu begitu...bahkan aku sangat tidak bisa menerima jika membeli sayur atau buah pake2 ditawar-tawar, itu juga diprotes ibuku, lama2 ibuku gak mau lagi mengajakku ke pasar, karena merepotkan(sering protes).
Tapi yang jelas di lubuk hatiku yang paling dalam dan jauh dipikiranku tidak terbesit sedikitpun pertanyaan kepada Allah:kenapa harus berbeda, ada yang miskin dan ada yang kaya, dsb? karena aku yakin: Allah Maha Adil dan Maha Penyayang.